Sunday, 17 March 2013

Kuliah Umum Ilmu Perpustakaan Bersama Pak Blasius, Ibu Afi, dan Mbak Ratih :)

“PERPUSTAKAAN UNTUK RAKYAT”
Pada hari senin yang lalu, jurusan ilmu perpustakaan ngadain kuliah umum lho. Seru banget deh, ramai pengunjung sampai-sampai banyak yang rela lesehan. Pada kuliah umum itu, menghadirkan 3 narasumber, yang pertama ibu Afia Rosdiana dari perpuskota, yang kedua dan paling ditunggu adalah pak Blasius Sudarsono, beliau datang bersama mbak Ratih Rahmawati. Pada kuliah umum tersebut mengangkat tema “perpustakaan untuk rakyat”.
Bagian yang pertama ini disampaikan oleh ibu Afi, Dengan hadirnya buku “Perpustakaan untuk Rakyat” ini, suatu hal yang menggembirakan bagi kita semua yang berkecipung dalam bidang perpustakaan karena buku ini memberikan nuansa yang lain tentang apa itu perpustakaan yang tidak hanya terkait dengan klasifikasi, katalogisasi dan cara menata perpustakaan.  
Bab pertama, berbicara tentang pengembangan masyarakat. Sedikit masukan dari beliau perpustakaan disini yang ditulis adalah perpustakaan umum ada di wilayah kota Yogyakarta, namun Taman Bacaan disini adalah Taman Bacaan dan Cakruk Pintar itu adalah Taman Bacaan Masyarakat yang berada di wilayah Sleman. Ada yang berbeda dengan kebijakan dan pendampingan yang dilakukan antara kota Yogyakarta dengan Sleman. Tahun 2009, seolah-olah orang yang ada di perpustakaan tidak boleh menyebut dengan TBM, karena kalau TBM itu miliknya Depdiknas.
Pernah terjadi di Jogja, 197 TBM di Jogja ditawari mau memakai nama perpustakaan atau TBM? Akhirnya diambillah nama TBM karena bantuan dari Dinas Pendidikan lebih banyak. Perpustakaan masyarakat atau TBM mempunyai ruh yang sama yaitu mengembangkan minat baca. Dari 240 TBM, hampir 30% sudah “koma” atau tidak mati dan tidak hidup.
Selanjutnya,  Pak Blasius dan Ratih membicarakan perpustakaan dan kepustakawanan. Bu Afi mengaitkan dengan anekdot Gus Dur tentang banteng. Anekdot tersebut mempunyai pemahaman bahwa banteng yang sangat galak kalah dengan kegalakan Bill Clinton, terkait dengan perkataan Bill Clinton “kalau kamu ngeyel tidak mau minggir, saya titipin di perpustakaan”. Sebegitu menyeramkankah perpustakaan sampai banteng saja takut?. Hal tersebut terkait dengan orang-orang yang “dibuang” di perpustakaan. Jadi, semua itu tergantung dengan persepsi kita masing-masing.
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari buku tersebut, bukan hanya belajar ilmu perpustakaan tidak hanya belajar mengolah perpustakaan tetapi lebih kepada memahami kebutuhan masyarakat. Kadang-kadang sebagian orang yang bukan pustakawan agak susah untuk mengubah paradigma bahwa pustakawan itu hanya mengurusi buku dan sangat susah sekali mengatakan perpustakaan itu harus dinamis.
Pada kesempatan ini, mbak Ratih mengatakan bahwa yang tertulis itu bukan kontennya tapi bagaimana berkolaborasi antara generasi yang masih banyak galaunya dengan bapak Blasius yang sudah mempunyai jam terbang tinggi. Mengenai artikel yang ditulis oleh mbak Ratih mengenai perpustakaan yang ada di Jogja dan Sleman, beliau mengatakan bahwa itu hanya urusan kebijakan.
Pak blasius menceritakan perpustakaan dengan restoran. finally library is librarian, yang di belakang perpustakaan adalah pustakawan. Pustakawan mempunyai jiwa ruh kepustakawanan.
Jika dikaitkan dengan perpustakaan, ada dua tujuan penting pada pembukaaan UUD 1945 terkait dengan dialog buku tersebut, yaitu:
-          Kesejahteraan umum
-          Kecerdasan kehidupan bangsa
Kesejahteraan umum harus mensejahterakan pribadi terlebih dahulu. Begitu juga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdasakan hidup pribadi maka kecerdasan hidup bangsa akan tercapai.
TBM atau perpustakaan bukan tujuan akhir namun hanya antaran. Kalau diantaran saja sudah bertengkar, bagaimana tujuan akhir tersebut akan tercapai?. Sayangnya, pembukaan UUD 1945 tidak secepatnya diinternalisasikan kepada bangsa Indonesia.
Pustakawan yang memiliki kepustakawanan, pilar kepustakawanan adalah:
1.      Pada dasarnya kepustakawanan adalah panggilan hidup.
2.      Kepustakawanan adalah spirit of life.
3.      Kepustakawanan adalah karya pelayanan
4.      Kepustakawanan dilakukan dengan profesional
Jika diibartkan mata uang, kepustakawanan bisa dilihat dari satu koin. Kepustakawanan lebih dekat dengan kemampuan, memahami yang mau daripada yang mampu. Hal-hal tersebut yang menjadi motivator dan inspirator untuk pak Blasius.
Kemampuan:
1.      Kepustakawanan harus diajak berfikir kritis
2.      Membaca. Pak Blasius setuju dengan ayat yang ada di Alquran yaitu membaca dunia.
3.      Menulis. Sebagai wujud syukur atas karunia Allah karena dapat berfikir. Wujud syukur tersebut bisa dalam bentuk tulisan, rekaman atau film. Rasa syukur tersebut dapat kita bagi melalui menulis.
4.      Kemampuan enterpreneur. Pustakawan harus mengembangakn kemampuan enterpreneur. Perpustakaan adalah akumulasi dari recorder culture atau knowledge. Menjawab segala permasalahan yang dipaparkan dibuku tersebut, pak Blasius berpendapat bahwa pendekatan keilmuan harus diperbaiki.
5.      Etika. Etika perlu diajarkan. Example: internet banyak untuk akses pornografi. Lalu bagaimana dengan tugas putakawan itu sendiri?

Interaksi kemampuan dan kemauan, diibaratkan oleh beliau sebagai BRR, yaitu Bright, Right, Rije. Pustakawan itu harus cerdas. Cerdas yang benar itu yang seperti apa? 3 pendekatan:
1.      Soft site
2.      Kemampuan
3.      Pustakawan ideal
Pemahaman tentang sistem yang harus diperbaiki:
1.      Pendekatan sistem
2.      Fungsi ruang dan waktu
3.      Bilangan tiga

No comments:

Post a Comment