Friday, 29 March 2013

Semeru Lagi

Tips Wisata Pendakian Gunung Semeru

Untuk menuju Gunung yang tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung Semeru ( 3.676 m), bisa ditempuh melalui dua akses Senduro Lumajang dan Nagadas Kidul kabupaten Malang. Yang jelas kedua akses ini menuju ke satu titik yaitu Desa Ranu Pane Kecamatan Senduro kabupaten Lumajang.
Dari Desa Ranupane (2.100 m) inilah desa terakhir dan tempat pemeriksaan serta pos untuk melapor bagi para pendaki untuk naik, dan juga terdapat pondok pendaki untuk bermalam dan beristirahat. Desa Ranu Pane merupakan perkampungan kecil yang juga merupakan bagian dari Desa Suku Tengger, pekerjaan mereka pada umumnya bertani sayur-sayuran. Selain terdapat Ranu (danau) Pane, disebelahnya tendapat ranu lagi yang namanya Ranu Regulo.
Perjalanan ke Puncak Gunung Semeru dimulai dari desa Ranupane menuju Ranu Kumbolo pagi harinya pukul 07.00 melalui jalan setapak, jaraknya 13 Km., tidak terlalu terjal dengan memakan waktu sekitan 3-4 jam perjalanan. Di Ranu Kumbolo ada Pondok Pendaki untuk istinahat dan memasak. Daerah ini air nya melimpah dan berada pada ketinggian 2.400 m dari permukaan laut. Ranu Kumbolo memiliki pemandangan yang sangat indah terlebih pada pagi hari bila kita dapat melihat matahani terbit dari celah-celah bukit.
Dari Ranu Kumbolo perjalanan dilanjutkan menuju Kalimati (2.700 m) melalui hutan cemara dimana kadang kita jumpai burung dan kijang. Penjalanan ini ditempuh 2 – 3 jam / 10 Km. Disini kita dapat mendirikan tenda, dan apabila kita membutuhkan air dapat menuju Sumbermani, kearah barat menelusuni pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh perjalanan 1 jam pulang pergi. Tetapi dianjurkan kehutuhan air telah dipersiapkan di Ranu Kumbolo.( Sebenarnya kita dapat juga berkemah di Arcopodo 1 jam perjalanan dari Kalimati ke arah puncak Gunung Semeru. tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering tenjadi tanah longsor di kawasan tersebut ).
Dari Kalimati biasanya para pendaki memulai pendakian menuju puncak pagi-pagi sekali, yaitu sekitar pukul 2 – 3 pagi dengan melalui hutan cemara 1 jam dan bukit pasir selama 2 – 3 jam untuk sampai di puncaknya, dengan keadaan jalan yang terjal menanjak.
Puncak Semeru yang biasa didaki adalah Puncak “Mahameru”. Dari puncak ini akan terlihat kawah yang disebut “Jonggring Saloko” dan yang uniknya setiap 10-15 menit sekali menyemburkan batuan vulkanis dengan didahului asap yang membumbung tinggi. Suhu di puncak Mahameru dingin sekali yaitu 0-4 C yang kadang-kadang berkabut tebal disertai badai angin. Pada saat badai dianjurkan untuk menunda pendakian ke puncak.
Panorama dari Puncak Mahameru tak akan pernah terlupakan indahnya, dimana terlihat puncak-puncak gunung di Jawa Timur, pesisir dan pantai, serta matahani terbit di ufuk timur.
Mendaki Gunung Semeru sebaiknva dimusim kemarau yaitu pada bulan-bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Pendaki juga dianjurkan untuk tidak mendaki pada musim hujan di bulan Januani dan Februari, dimana sering terjadi badai dan tanah longsor.
Dari puncak turun kembali ke kemah (Kalimati) dibutuhkan waktu 1 jam, dan 3 jam untuk sampai di Ranu Kumbolo dan diperlukan 3 jam lagi untuk mencapai Ranu Pane. Bila sampai di Ranu Pane menjelang sore, kalau ada mobil kita bisa terus turun ke Gubug Klakah atau ke Tumpang ( akses dari Malang ) atau kita bisa kembali ke Senduro Akses Lumajang, Kalalu kita sudah ke sorean bisa bermalam di Ranu Pane dan besok paginya kita dapat turun kembali ke Tumpang Malang atau Senduro Lumajang.
Selamat Mendaki…

SEMERU

 
 SEMERU, RANU KUMBOLO, PUNCAK MAHAMERU........
 
 
 
Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.
Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.

Perjalanan

Diperlukan waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru pulang-pergi. Untuk mendaki gunung semeru dapat ditempuh lewat kota Malang atau Lumajang. Dari terminal kota malang kita naik angkutan umum menuju desa Tumpang. Disambung lagi dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di belakang pasar terminal Tumpang dengan biaya per orang Rp.20.000,-
hingga Pos Ranu Pani.
Sebelumnya kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat ijin, dengan perincian, biaya surat ijin Rp.6.000,- untuk maksimal 10 orang, Karcis masuk taman Rp.2.000,- per orang, Asuransi per orang Rp.2.000,-
Dengan menggunakan Truk sayuran atau Jip perjalanan dimulai dari Tumpang menuju Ranu Pani, desa terakhir di kaki semeru. Di sini terdapat Pos pemeriksaan, terdapat juga warung dan pondok penginapan. Bagi pendaki yang membawa tenda dikenakan biaya Rp 20.000,-/tenda dan apabila membawa kamera juga dikenakan biaya Rp 5.000,-/buah. Di pos ini pun kita dapat mencari porter (warga lokal untuk membantu menunjukkan arah pendakian, meng
angkat barang dan memasak). Pendaki juga dapat bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni danau Ranu Pani (1 ha) dan danau Ranu Regulo (0,75 ha). Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl.
Setelah sampai di gapura "selamat datang", perhatikan terus ke kiri ke arah buk
it, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam.
Jalur awal landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala.
Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng. Disini terdapat batu terjal yang sangat indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km.
 
Di Ranu Kumbolo dapat mendirikan tenda. Juga terdapat pondok pendaki (shelter). Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki pemandangan indah terutama di pagi hari dapat menyaksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha.
Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau. Di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel.
Selanjutnya memasuki hutan Cemara dimana kadang dijumpai burung dan kijang. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.
Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini dapat mendirikan tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun.
Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati dan di Arcopodo banyak terdapat tikus gunung.
Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir.
Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo.
Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.
Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan karena sering terjadi badai dan tanah longsor.

Gas beracun

Puncak Mahameru
Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Gas beracun ini dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel (Bahasa Jawa yang berarti "kambing liar") oleh penduduk setempat. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajat Celsius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai.
Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Pada bulan November 1997 Gunung Semeru meletus sebanyak 2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak.
Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Material yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat. Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng selatan Gunung Semeru dan telah memakan beberapa korban jiwa, walaupun pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik.
Soe Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di Gunung Semeru pada tahun 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis

Iklim

Secara umum iklim di wilayah gunung Semeru termasuk type iklim B (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan 927 mm - 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136 hari/tahun dan musim hujan jatuh pada bulan November - April. Suhu udara dipuncak Semeru berkisar antara 0 - 4 derajat celsius.
Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.

Taman nasional

Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo (2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m) Gn.Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu Darungan.
Flora yang berada di Wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan Edelwiss putih, Edelwiss yang banyak terdapat di lereng-lereng menuju Puncak Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di sekitar Semeru Selatan.
Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antara lain : Macan Kumbang, Budeng, Luwak, Kijang, Kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat Belibis yang masih hidup liar.

Pendaki pertama

Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

Legenda gunung Semeru

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, Pulau Jawa pada suatu saat mengambang di lautan luas, dipermainkan ombak kesana-kemari. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.

Sunday, 17 March 2013

Kuliah Umum Ilmu Perpustakaan Bersama Pak Blasius, Ibu Afi, dan Mbak Ratih :)

“PERPUSTAKAAN UNTUK RAKYAT”
Pada hari senin yang lalu, jurusan ilmu perpustakaan ngadain kuliah umum lho. Seru banget deh, ramai pengunjung sampai-sampai banyak yang rela lesehan. Pada kuliah umum itu, menghadirkan 3 narasumber, yang pertama ibu Afia Rosdiana dari perpuskota, yang kedua dan paling ditunggu adalah pak Blasius Sudarsono, beliau datang bersama mbak Ratih Rahmawati. Pada kuliah umum tersebut mengangkat tema “perpustakaan untuk rakyat”.
Bagian yang pertama ini disampaikan oleh ibu Afi, Dengan hadirnya buku “Perpustakaan untuk Rakyat” ini, suatu hal yang menggembirakan bagi kita semua yang berkecipung dalam bidang perpustakaan karena buku ini memberikan nuansa yang lain tentang apa itu perpustakaan yang tidak hanya terkait dengan klasifikasi, katalogisasi dan cara menata perpustakaan.  
Bab pertama, berbicara tentang pengembangan masyarakat. Sedikit masukan dari beliau perpustakaan disini yang ditulis adalah perpustakaan umum ada di wilayah kota Yogyakarta, namun Taman Bacaan disini adalah Taman Bacaan dan Cakruk Pintar itu adalah Taman Bacaan Masyarakat yang berada di wilayah Sleman. Ada yang berbeda dengan kebijakan dan pendampingan yang dilakukan antara kota Yogyakarta dengan Sleman. Tahun 2009, seolah-olah orang yang ada di perpustakaan tidak boleh menyebut dengan TBM, karena kalau TBM itu miliknya Depdiknas.
Pernah terjadi di Jogja, 197 TBM di Jogja ditawari mau memakai nama perpustakaan atau TBM? Akhirnya diambillah nama TBM karena bantuan dari Dinas Pendidikan lebih banyak. Perpustakaan masyarakat atau TBM mempunyai ruh yang sama yaitu mengembangkan minat baca. Dari 240 TBM, hampir 30% sudah “koma” atau tidak mati dan tidak hidup.
Selanjutnya,  Pak Blasius dan Ratih membicarakan perpustakaan dan kepustakawanan. Bu Afi mengaitkan dengan anekdot Gus Dur tentang banteng. Anekdot tersebut mempunyai pemahaman bahwa banteng yang sangat galak kalah dengan kegalakan Bill Clinton, terkait dengan perkataan Bill Clinton “kalau kamu ngeyel tidak mau minggir, saya titipin di perpustakaan”. Sebegitu menyeramkankah perpustakaan sampai banteng saja takut?. Hal tersebut terkait dengan orang-orang yang “dibuang” di perpustakaan. Jadi, semua itu tergantung dengan persepsi kita masing-masing.
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari buku tersebut, bukan hanya belajar ilmu perpustakaan tidak hanya belajar mengolah perpustakaan tetapi lebih kepada memahami kebutuhan masyarakat. Kadang-kadang sebagian orang yang bukan pustakawan agak susah untuk mengubah paradigma bahwa pustakawan itu hanya mengurusi buku dan sangat susah sekali mengatakan perpustakaan itu harus dinamis.
Pada kesempatan ini, mbak Ratih mengatakan bahwa yang tertulis itu bukan kontennya tapi bagaimana berkolaborasi antara generasi yang masih banyak galaunya dengan bapak Blasius yang sudah mempunyai jam terbang tinggi. Mengenai artikel yang ditulis oleh mbak Ratih mengenai perpustakaan yang ada di Jogja dan Sleman, beliau mengatakan bahwa itu hanya urusan kebijakan.
Pak blasius menceritakan perpustakaan dengan restoran. finally library is librarian, yang di belakang perpustakaan adalah pustakawan. Pustakawan mempunyai jiwa ruh kepustakawanan.
Jika dikaitkan dengan perpustakaan, ada dua tujuan penting pada pembukaaan UUD 1945 terkait dengan dialog buku tersebut, yaitu:
-          Kesejahteraan umum
-          Kecerdasan kehidupan bangsa
Kesejahteraan umum harus mensejahterakan pribadi terlebih dahulu. Begitu juga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdasakan hidup pribadi maka kecerdasan hidup bangsa akan tercapai.
TBM atau perpustakaan bukan tujuan akhir namun hanya antaran. Kalau diantaran saja sudah bertengkar, bagaimana tujuan akhir tersebut akan tercapai?. Sayangnya, pembukaan UUD 1945 tidak secepatnya diinternalisasikan kepada bangsa Indonesia.
Pustakawan yang memiliki kepustakawanan, pilar kepustakawanan adalah:
1.      Pada dasarnya kepustakawanan adalah panggilan hidup.
2.      Kepustakawanan adalah spirit of life.
3.      Kepustakawanan adalah karya pelayanan
4.      Kepustakawanan dilakukan dengan profesional
Jika diibartkan mata uang, kepustakawanan bisa dilihat dari satu koin. Kepustakawanan lebih dekat dengan kemampuan, memahami yang mau daripada yang mampu. Hal-hal tersebut yang menjadi motivator dan inspirator untuk pak Blasius.
Kemampuan:
1.      Kepustakawanan harus diajak berfikir kritis
2.      Membaca. Pak Blasius setuju dengan ayat yang ada di Alquran yaitu membaca dunia.
3.      Menulis. Sebagai wujud syukur atas karunia Allah karena dapat berfikir. Wujud syukur tersebut bisa dalam bentuk tulisan, rekaman atau film. Rasa syukur tersebut dapat kita bagi melalui menulis.
4.      Kemampuan enterpreneur. Pustakawan harus mengembangakn kemampuan enterpreneur. Perpustakaan adalah akumulasi dari recorder culture atau knowledge. Menjawab segala permasalahan yang dipaparkan dibuku tersebut, pak Blasius berpendapat bahwa pendekatan keilmuan harus diperbaiki.
5.      Etika. Etika perlu diajarkan. Example: internet banyak untuk akses pornografi. Lalu bagaimana dengan tugas putakawan itu sendiri?

Interaksi kemampuan dan kemauan, diibaratkan oleh beliau sebagai BRR, yaitu Bright, Right, Rije. Pustakawan itu harus cerdas. Cerdas yang benar itu yang seperti apa? 3 pendekatan:
1.      Soft site
2.      Kemampuan
3.      Pustakawan ideal
Pemahaman tentang sistem yang harus diperbaiki:
1.      Pendekatan sistem
2.      Fungsi ruang dan waktu
3.      Bilangan tiga